A.
Konseling
1.
Pengertian Konseling
Secara Etimologi Konseling berasal
dari bahasa Latin “consilium “artinya “dengan” atau bersama” yang dirangkai
dengan “menerima atau “memahami” . Sedangkan dalam Bahasa Anglo Saxon istilah
konseling berasal dari “sellan” yang berarti”menyerahkan” atau “menyampaikan”
Konseling menurut Richard Nelson-Jones merupakan proses psikologi yang
tidak ada bedanya dengan aktifitas psikoterapi. Dalam hal ini Richard mencoba
menjelaskan bahwa tidak ada bukti yang menjelaskan perbedaan antara aktivitas
konseling dengan proses psikoterapi (dalam buku : The Theory and Practice of Counseling Pychology).
Konseling
menurut
Edwin C. Lewis ( 1970 ) dalam Abimanyu dan Manrihu (1996:9) adalah suatu proses
dimana orang yang bermasalah ( klien ) dibantu secara pribadi untuk merasa dan
berperilaku yang lebih memuaskan melalui interaksi dengan seseorang yang tidak
terlibat ( konselor ) yang menyediakan informasi dan reaksi-reaksi yang
merangsang klien untuk mengembangkan perilaku-perilaku yangmemungkinkannya
berhubungan secara lebih efektif dengan dirinya dan lingkungannya.
Konseling
menurut
Pietrofesa, Leonard dan Hoose (1978) yang dikutip oleh Mappiare (2004) merupakan
suatu proses dengan adanya seseorang yang dipersiapkan secara profesional untuk
membantu orang lain dalam pemahaman diri pembuatan keputusan dan pemecahan
masalah dari hati kehati antar manusia dan hasilnya tergantung pada kualitas
hubungan.
Konseling
Konseling
menurut Prayitno dan Erman Amti (2004:105) adalah proses pemberian
bantuan yang dilakukanmelalui wawancara konseling oleh seorang ahli (disebut
konselor) kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masalah (disebut klien)
yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien.
2.
Ciri-ciri
Pokok Konseling
a. Konseling menuntut
dilaksanakannya oleh seorang konselor yang professional, kompeten dalam
menangani konflik-konflik, kecemasan-kecemasanatau masalah yang berkaitan
dengan keputusan-keputusan pribadi, sosial, karier dan pendidikan serta
cirri-ciri pribadi yang akan memungkinkannya memahani proses-proses psikologi
dan dinamika perilaku pada diri klien dan konselor, maupun hubungan antar
keduanya.
b.
Konseling melibatkan dua orang atau lebih yang saling
berinteraksi dengan jalan mengadakan komunikasi langsung maupun tidak langsung
mengemukakan dan memperhatikan dengan seksama isi pembicaraan, gerakan-gerakan
isyarat, pandangan mata dan gerakan-gerakan lain dengan maksud meningkatkan
pemahaman kedua belah pihak yang terlibat dalam interaksi itu.
c.
Model interaksi dalam konseling tidak terbatas dalam
dimensi verbal saja tetapi juga telah dikembangkan model interaksi
konseling non verbal.
d.
Interaksi antar konselor dan klien berlangsung dalam waktu yang
relative lama dan terarah pada pencapaian tujuan.
e.
Tujuan dari proses konseling adalah terjadinya perubahan pada
tingkah laku klien.
f. Konseling merupakan
proses yang dinamis.
g.
Konseling didasari atas penerimaan konselor secara wajar tentang
diri klien.
3.
Tujuan
Konseling
Corey (dalam Abimanyu dan Manrihu, 1996) mengelompokan
tujuan-tujuan konseling menjadi :
a. Reorganisasi
kepribadian
b. Menemukan makna dalam
hidup
c. Penyembuhan ganguan
emosional
d. Penyesuaian terhadap
masyarakat
e. Pencapaian aktualisasi
(perwujudan) diri
f. Peredaan kecemasan
g. Penghapusan perilaku
maladaptif (sulit untuk menyesuaikan diri)
h. Belajar pola-pola
perilaku adaptif
Shertzer dan stone (dalam Abimanyu dan Manrihu, 1996) membuat
pengelompokan yang lebih sederhana mengenai tujuan konseling, meliputi :
a. Perubahan Perilaku
b. Kesehatan mental yang
positif
c. Pemecahan masalah
d. Keefektifan pribadi
e. Pengambilan keputusan
4.
Fungsi
Konseling
Hatcher (dalam
abimanyu dan Manrihu,1996) menggolongkan fungsi konseling menjadi 3 yaitu :
a. Fungsi Remidral atau
Rehabilitasi
Berfokus pada
penyesuaian diri, menyembuhkan masalah psikologis yang dihadapi, mengembalikan
kesehatan mental dan mengatasi gangguan emosional.
b.Fungsi Edukatif atau Pengembangan
Intinya adalah
membantu orang-orang untuk meningkatkan ketrampilan-ketrampilan dalam
kehidupan, mengidentifikasi dan memecahkan masalah-masalah hidup, membantu
meningkatkan kemampuannya mengahadapi transisi (peralihan) dalam kehidupan.
c. Fungsi Preventif
Maksud
fungsi ini meliputi pengembangan strategi-strategi dan program-program yang
dapat digunakan untuk mencoba mengantisipasi dan mengelakkan resiko-resiko yang
tidak perlu terjadi.
5.
Prinsip-prinsip
Konseling
Prinsip-prinsip
konseling merupakan pedoman yang digunakan untuk melaksanakan konseling,
meliputi :
a. Prinsip-prinsip yang
berkaitan dengan sasaran konseling
Sasaran konseling
adalah perkembangan dan perikehidupan indivdidu, baik secara perorangan maupun
kelompok, terutama sikap dan tingkahlakunya
1)
Konseling melayani semua individu, tanpa memandang umur, jenis
kelamin, suku bangsa, agama dan status sosial ekonomi.
2)
Konseling berurusan dengan sikap dan tingkahlaku individu
yang komopleks dan unik.
3)
Untuk mengoptimalkan pelayanan konseling maka proses konseling
perlu mengenali dan memahami keunikan individu dengan kekuatan, kelemahan dan
permasalahannya.
4)
Pelayanan konseling yang bertujuan mengembangkan penyesuaian individu
terhadap segala bidang harus mempertimbangkan aspek perkembangan individu.
b.Prinsip-prinsip yang
berkenaan dengan masalah individu.
Pelayanan
konseling hanya mampu menangani masalah klien secara terbatas. Prinsip-prinsip
yang berkenaan dengan hal tersebut adalah :
1)
Konseling pada umumnya terbatas pada hal-hal yang menyangkut
pengaruh kondisi mental dan fisik individu terhadap penyesuaian dirinya dengan
lingkungan , ataupun sebaliknya.
2)
Setiap individu mempunyai masalah yang berbeda-beda, maka
pemberian bantuannya juga akan berbeda-beda.
c. Prinsip-prinsip yang
berkenaan dengan program layanan
1)
Konseling merupakan bagian integral dari proses pendidikan dan
pengembangan
2)
Program konseling harus fleksibel
3)
Program pelayanan konseling disusun dan diselenggarakan secara
berkesinambungan
4)
Pelaksanaan konseling hendaknya dinilai secara teratur untuk
mengetahui sejauh mana hasil dan manfaat yang diperoleh.
d.
Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan pelaksanaan layanan
1)
Tujuan akhir konseling adalah kemandirian setiap individu
(klien)
2)
Dalam proses konseling, keputusan yang diambil dan apa yang akan
dilakukan oleh klien hendaknya atas kemauan klien sendiri
3)
Permasalahan khusus yang dialami oleh klien harus ditangani oleh
tenaga ahli dalam bidang yang relevan dengan permasalahan khusus tersebut (alih
tangan kasus)
4)
Konseling adalah pekerjaan professional, jadi harus dilaksanakan
oleh tenaga ahli yang memperoleh pendidikan dan latihan dalam bidang bimbingan
dan konseling.
5)
Guru dan orangtua memiliki tanggungjawab yang berkaitan dengan
layanan konseling
6)
Untuk mengelola layanan konseling dengan baik dan sejauh mungkin
memenuhi tuntutan individu, program pengukuran dan penilaian terhadap individu
hendaknya dilakukan dan himpunan data yang memuathasil pengukuran dan penilaian
itu dikembangkan dan dimanfaatkan dengan baik.
7)
Penilaian secara periodic perlu dilakukan terhadap pelaksanaan
konseling yang sedang atau telah berjalan.
e.
Prinsip-prinsip
konseling disekolah
1) Konselor harus mempunyai kariernya sejak awal
dengan program kerja yang jelas, dan memliki persiapan yang tinggi untuk
melaksanakan program tersebut.
2) Konselor harus selalu mempertahankan sikap
professional tanpa mengganggu keharmonisan hubungan antara konselor dengan
personel sekolah lainnya dan siswa.
3) Konselor bertanggungjawab untuk memahami
perannya sebagai konselor professional dan menterjemahkan peranya itu dalam
kegiatan nyata.
4) Konselor harus bekerjasama secara efektif
dengan kepala sekolah, memberikan perhatian dan peka terhadap kebutuhan,
harapan dan kecemasan-kecemasannya.
6.
TIPE-TIPE
KONSELING
Tipe-tipe
konseling dari segi waktu penanganan, yaitu proses pemecahan masalah klien,
dimanamungkin waktu segera atau relative panjang.
a. Konseling Krisis
Krisis dapat diratikan
sebagai suatu keadaan disorganisasi dimana klien sangat memerlukan bantuan
untuk menghadapi frustasi dalam upaya mencapai tujuan penting hidupnya atau
mengalami gangguan dalam perjalanan hidup dan hal itu akan ditanggapi dengan
stress. Jadi konseling krisis adalah upaya pemberian bantuan dengan segera
kepada klien yang mengalami gangguan emosional berat (stres) dengan bertujuan
teratasinya masalah yang dihadapi.
b.Konseling Fasilitatif (Remedial/Adjustive)
Konseling
Fsilitatif dilihat dari segi tinjauan bahasan, merupakan proses
pemberian bantuan kepada klien untuk menjadikan jelas permasalahan yang
dihadapi dan selanjutnya bantuan dalam pemahaman dan peneriaman diri, penemuan
rencana tindakan dalam mengatasi masalah serta melaksanakan itu dengan
tanggungjawab sendiri.
c. Konseling Preventif
Konseling Preventif yang dibahas disini,
dalam hal bahwa ia terutama bersifat progmatis sebagaimana program yang
dipruntukan bagi klien khusus.
d.
Konseling Developmental
Konseling Developmen
merupakan suatu proses berkelanjutan yang dijalankan dalam seluruh janka
kehidupan individu. Ini berfokus pada membantu para klien mencapai pertumbuhan
pribadi yang positif dalam berbagai tahap kehidupan mereka.
7.
DASAR-DASAR ETIKA KONSELING
Setiap pekerjaan
atau karier yang bersifat professional pasti memiliki seperangkat aturan dan
pedoman pelaksanaan yang disebut dasar etika. Demikian pula konseling sebagai
suatu pekerjaan professional, juga memiliki dasar-dasar etika yang meliputi
tanggungjawab, sikap kemandirian dan profesionalisme. Dasar-dasar etika
konseling tersebut adalah
a. Kesukarelaan Klien
Dalam hal ini,
konselorperlu mengetahui apakah klien datang dengan sukarela atau tidak karena
besar manfaatnya dalam hubungan konseling sehingga keterlibatan diri klien
secaar lebih efektif dalam proses konseling akan terwujud, dan keterbukaan diri
klien akan memberi kesan positif didalam hubungan yang bersifat membantu itu.
b.Kerahasian Klien
Kerahasian klien
berarti tidak membocorkan keterangan yang telah diekspresikan oleh klien dalam
hubungan konseling. Kerahasiaan yang sepenuhnya jarang sekali terjadi, hal ini
biasanya disebabkan informasi tertentu didalam diskusi, dan pertukaran
informasi ataumungkin pula disebabkan adanya keinginan-keinginan dari klien itu
sendiri untuk memberikan keterangan-keterangan mengenai dirinya kepada orang
lain. Biasanya, klien bersedia mengungkapkan keterangan-keterangan tentang suasana
dirinya sendiri yang didasarkan atas kepercayaan kepada konselor dan
keyakinannya bahwa dengan membuka diri sedemikian maka bantuan yang diharapkan
akan dapat diperoleh.
c. Keputusan oleh Klien
Sendiri
Pada dasarnya peran
konselor dalam proses konseling adalah pengarah dan bukan penentu keputusan
dari permasalahan yang dialami oleh klien. Klien yang telah mengemukakan
panjang lebarnya masalahnya kepada konselor diharapkan pada bagian akhir
wawancara konseling, klien sendiri dapat memilih dan menentukan keputusan
mengenai jalan keluar atau pemecahan masalahnya, setelah mempertimbangkan
dengan cermat kelebihan-kelebihan dan kekurangan-kekurangan berbagai
alternative pemecahan yang ada.
d.
Aspek Sosial Budaya dan Nilai
Dalam hubungan
konseling, konselor dituntut untuk sadar akan aspek-aspek sosial budaya dan
nilai-nilai pihak klien.
B.
Psikoterapi
1.
Pengertian
Psikoterapi
Istilah
“psikoterapi” berasal dari dua kata, yaitu “psiko” dan “terapi”. Psiko artinya
kejiwaan atau mental dan “terapi” adalah penyembuhan atau usaha. Jadi
psikoterapi mungkin dapat disebut Penyembuhan jiwa atau Penyembuhan (usaha)
mental. Jadi Psikoterapi adalah proses formal interaksi antara
dua pihak atau lebih yang satu adalah professional penolong dan yang lain
adalah “petolong” (orang yang ditolong) dengan catatan bahwa interaksi itu
menuju pada perubahan atau penyembuhan.
Menurut
Departemen Kesehatan Indonesia Fisioterapi adalah suatu
pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk individu dan atau kelompok dalam upaya
mengembangkan, memelihara, dan memulihkangerak dan fungsi sepanjang daur
kehidupan dengan menggunakan modalitas fisik, agen fisik, mekanis, gerak dan
komunikasi
2.
Tujuan
Psikoterapi
a.
Memperkuat motivasi
untuk melakukan hal-hal yang benar.
Tujuan ini
biasanya dilakukan melalui terapi yang sifatnya direktif (memimpin) dan
suportif (memberikan dukungan dan semangat). Persuasi (ajakan) dengan cara
diberi nasehat sederhana sampai pada hypnosis (keadaan seperti tidur karena
sugesti) digunakan untuk menolong orang bertindak dengan cara yang tepat.
b.Mengurangi tekanan emosi melalui kesempatan
untuk mengekspresikan perasaan yang mendalam.
Fokus disini adalah adanya katarsis (penyucian
diri yang membawa pembaruan rohani dan pelepasan dari ketegangan).
c.
Membantu klien
mengembangkan potensinya.
Klien diharapkan dpt. Mengembangkan
potensinya. Ia akan mampu melepaskan diri dari fiksasi (perasaan terikat atau
terpusat pada sesuatu secara berlebihan) yang dialaminya. Klien akan menemukan
bahwa dirinya mampu untuk berkembang ke arah yang lebih positif.
d.
Mengubah kebiasaan.
Tugas terapis adalah menyiapkan situasi
belajar baru yang dapat digunakan untuk mengganti kebiasaan-kebiasaan yang
kurang adaptif.
e.
Mengubah struktur
kognitif individu.
Menggambarkan tentang dirinya sendiri maupun
dunia sekitarnya. Masalah muncul biasanya terjadi kesenjangan antara struktur
kognitif individu dengan kenyataan yang dihadapinya. Jadi, Struktur
kognisi ( kegiatan atau proses untuk memperoleh pengetahuan) perlu diubah untuk
menyesuaikan dengan kondisi yang ada.
f.
Meningkatkan
pengetahuan dan kapasitas untuk mengambil keputusan dengan tepat.
g.Meningkatkan pengetahuan diri atau insight
(pencerahan).
h.Meningkatkan hubungan antar pribadi.
Terapi kelompok merupakan dapat memberikan
kesempatan bagi individu untuk meningkatkan hubungan antar pribadi ini.
i.
Mengubah lingkungan
social individu. Terutama terapi yang diperuntukan untuk anak-anak..
j. Mengubah proses somatic (fisik) supaya
mengurangi rasa sakit dan meningkatkan kesadaran tubuh. Latihan fisik
dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran individu. Seperti : Relaksasi
untuk mengurangi kecemasan, yoga, senam, menari dll.
k.Mengubah status kesadaran untuk mengembangkan
kesadaran, control, dan kreativitas diri.
Tujuan-tujuan tersebut saling mengkait. Itu
bukan berdiri sendiri-sendiri. Misalnya : Latihan tubuh dapat dikombinasikan
dengan latihan meditasi. Mengembangkan potensi dapat dikombinasikan dengan
pemecahan masalah
3.
Tahap-Tahap
Psikoterapi
Setelah mengatahui tujuan Psikoterapi perlu mengetahui tahapan-tahapan dalam Psikoterapi.
a. Wawancara
Terapis
akan mengetahui keluhan atau permasalahan klien. Dalam tahap ini perlu
dikemukakan :
1) Aturan-aturan apa saja yang perlu diketahui
oleh klien.
2) Apa yang akan dilakukan oleh terapis
3) Apa yang diharapkan klien
4) Adanya persekutuan antara klien dengan terapis
untuk melawan masalah yang dihadapi klien.
5) Perlu dibina rapport, yaitu hubungan yang
menimbulkan keyakinan dan kepercayaan klien bahwa ia akan dapat ditolong. Tanpa
ini klien akan lari sebelum mulai. Terapi tidak akan berjalan seperti yang
diharapkan.
6) Perlu dikembangkan komitmen klien untuk
menjalankan perannya sebagai klien.
7) Kontrak terapeutik, perlu pula dikemukakan.
8) Persetujuan antara tugas klien dan tugas
terapis kapan dan dimana terapi dilakukan dan berapa lama.
9) Kemukakan tujuan yang akan dicapai oleh klien
dalam trapi. Apa yang dapat dijanjikan terapis dan apa yang dapat diharapkan
oleh klien
10) Untuk menyakinkan klien perlu dikemukakan
keberhasilan yang telah dialami terapis untuk kasus-kasus yang sama. Atau dapat
dikemukakan hasil penelitian tentang efektivitas pendekatan yang digunakan
terapis.
Tugas terapis adalah memberikan perhatian penuh dan mendengarkan dengan seksama apa yang diungkapkan oleh klien. Tugas klien adalah menceritakan semuanya pada terapis. Jangan sampai terbalik bahwa terapis yang banyak bicara dan klien yang mendengarkan. Terapis banyak memberikan nasehat dan klien hanya mendengarkan saja. Kalau sampai terjadi seperti ini berarti bukan merupakan proses psikoterapi tetapi konsultasi.
b. Proses Terapi
Tahap kedua dari psikoterapi adalah proses terapi. Supaya terjadi komunikasi yang mengalir dengan baik perlu dilakukan hal-hal sbb:
1) Mengkaji pengalaman klien
2) Menggali pengalaman masa lalu
3) Mengkaji hubungan antara terapis dank lien
saat ini dan di sini
4) Melakukan pengenalan, jenjelasan, dan
pengartian perasaan dan arti-arti pribadi pengalaman klien
c. Tindakan Psikoterapi
Tahap ini dilakukan pada saat menjelang terapi berakhir.
Hal-hal yang perlu dilakukan terapis dan klien :
Hal-hal yang perlu dilakukan terapis dan klien :
1) Disini terapis mengkaji bersama klien tentang
apa yang telah dipelajari klien selama terapi berlangsung.
2) Apa yang telah diketahui klien akan diterapkan
dalam kehidupannya nanti.
d. Mengakhiri Terapi
Terapi dapat diakhiri kalau tujuan telah tercapai. Atau apabila klien tidak melanjutkan terapi. Demikian juga terapis dapat mengakhiri terapi kalau ia tidak dapat lagi menolong kliennya, ia mungkin dirujuk. Klien harus diberitahu beberapa waktu sebelum pengakhiran terapi, hal ini penting karena klien akan menghadapi lingkungannya nanti sendiri tanpa bantuan terapis. Ketergantungannya kepada terapis selama ini sedikit-sedikit harus dihilangkan dengan menumbuhkan kemandirian klien
C.
PERSAMAAN
KONSELING DENGAN PSIKOTERAPI
1.
Tujuan-tujuan
konseling dan psikoterapi adalah sama yaitu eksplorsasi diri, pemahaman diri
dan perubahan tindakan atau perilaku.
2. Konseling dan psikoterapi bertujuan pula
mencoba menghilangkan tingkah laku merusak diri (self defeating) pada
klien.
3. Baik konseling maupun psikoterapi memberi
penekanan pentingnya perkembangan pembuatan keputusan dan keterampilan pembutan
rencana oleh klien.
4. Pentingnya saling berhubungan antara klien
dankonseling ataupun psikoterapis disepakati sebagai suatu bagian integral
dalam proses konseling ataupun psikoterapis.
D. PERBEDAAN
KONSELING DENGAN PSIKOTERAPIS
1. Konseling dan psikoterapi dipandang berbeda
dari lingkup pengertian antara keduanya.
2. Konseling berfokus pasa masalah pengembangan,
pendidikan dan pencegahan pada klien. Sedangkan psikoterapi lebih memfokus pada
masalah penyembyhan, penyesuaian dan pengobatan.
3. Konseling dijalankan atas dasar (dijiwai) oleh
falsafah atau pandangan terhadap manusia, sedangkan psikoterapi dijalankan
berdasarkan ilmu atau teori kepribadian dan psikopatologi.
0 komentar:
Posting Komentar