·
Bagaiamana
memilih pasangan
Memilih pasangan hidup
bukanlah perkara mudah. Pasalnya, banyak orang yang merasa tidak sreg ketika
mereka ditawari untuk memilih suami atau memilih istri, tak seperti memilih
pacar yang bisa dengan mudah dilakukan. Menurut mereka, pasangan hidup adalah
orang yang diajak untuk susah senang bersama, yang diharapkan hanya akan ada
yang pertama dan yang terakhir.Itu sebabnya memilih pasangan hidup jauh lebih
susah dibandingkan dengan memilih pekerjaan atau tempat sekolah.
Dalam memilih pasangan
hidup, baik bagi laki-laki maupun perempuan keduanya memiliki hak untuk memilih
yang paling tepat sebagai pasangannya. Maka dari itu harus benar-benar
diperhitungkan ketika memilih pasangan yang baik. Bila ingin pintar, seseorang
harus rajin belajar, bila ingin kaya seseorang harus berhemat, begitu pula
tentang pasangan hidup. Bila menginginkan pasangan hidup yang baik maka kita
juga harus baik. Tak ada sesuatu di dunia ini yang untuk mendapatkannya tidak
memerlukan pengorbanan. Segala sesuatu ada harga-nya termasuk bila ingin
mendapatkan pasangan hidup yang baik. Ya, dimulai dari diri sendiri. Bila kita
bercita-cita untuk mendapatkan pasangan hidup yang baik, maka kita sendiri
harus baik. Percayalah, Tuhan telah memasangkan manusia sesuai dengan karakter
dan derajat mereka masing-masing. Manusia yang baik hanyalah untuk manusia yang
baik pula, begitu pula sebaliknya.
Banyak orang yang
pikirannya terlalu pendek dalam perkara ini sehingga gagal dalam pernikahannya.
Prinsipnya adalah jika kita hanya berpedoman pada hal-hal yang sifatnya duniawi
(kecantikan dan kekayaan) maka akan sangat sulit dalam menjalani hari-hari
berumah tangga nantinya. Karena semua itu sifatnya hanya sementara dan sangat
mudah berubah. Jadi, jika jatuh cinta hanya karena melihat dari segi
kecantikan/ketampanan dan atau kekayaan, maka cinta tersebut akan sangat mudah
berkurang bahkan hilang. Jika kita memang cinta pada seseorang maka lahirlah
ketampanan/kecantikan, bukan sebaliknya. Berikutnya adalah tentang masalah
fisik. Banyak yang berkata bahwa wanita cantik hanya pantas untuk laki-laki
tampan, begitu pula sebaliknya. Dan apa yang terjadi ketika teman kita yang
mungkin tak begitu cantik mendapatkan suami yang tampan dan juga kaya, maka
kita biasanya akan protes. Kita merasa bahwa dirinya tak pantas dan kitalah
yang lebih pantas.
Inilah yang menutupi rezeki kita. Perasaan iri dan dengki menutupi rezeki kita untuk mendapatkan sesuatu yang lebih baik. Orang yang hatinya dipenuhi penyakit hati biasanya akan memancarkan aura negatif. Sebaliknya, orang yang hatinya bersih maka aura positiflah yang akan terpancar keluar dari dalam jiwanya. Tentunya siapa pun pasti akan lebih memilih orang yang memiliki aura positif daripada negatif.
Lalu, mengingat
pernikahan itu adalah sebuah investasi jangka panjang maka kita juga harus
melihat calon pasangan kita dalam jangka panjang. Bolehlah jika dia saat ini
belum sukses, belum kaya, belum pintar, tetapi ketika ada potensi di masa depan
dia akan menjadi lebih baik maka mengapa tidak??? Daripada kita hanya melihat
kondisi dia saat ini tetapi di masa depan justru punya potensi akan
meninggalkan kita. Betapa banyak wanita yang menikah hanya karena melihat
prianya saat ini tampan dan betapa banyak wanita yang menikah karena hanya
melihat wanitanya saat ini cantik. Mereka tidak sadar bahwa 10 tahun lagi bisa
jadi ketampanan/kecantikan tersebut sudah pudar.
Adapun bila kita
dihadapkan suatu pilihan lebih dari satu, tentu sewajarnya seorang akan memilih
yang terbaik baginya, meskipun pilihan terbaik baginya tidak selalu identik
dengan pilihan yang terbaik bagi umum, karena seseorang tentu memiliki
pertimbangan yang sangat khusus yang tidak dimiliki oleh orang lain.
Maka, ketika sedang
memilih calon pasangan , bukalah mata lebar-lebar. Lihatlah dia secara utuh.
Kumpulkan informasi sebanyak-banyaknya tentang dia, terutama kekurangannya.
Karena saya yakin, kelebihan dari pasangan akan dengan mudah kita terima tetapi
kekurangan? Tanyakanlah pada diri sendiri, mumpung belum akad nikah, apakah siap
menerima kekurangan-kekurangan tersebut?
Terakhir, lihatlah dia
tidak hanya di masa sekarang tetapi juga potensinya di masa depan. Tahukah
kalian bedanya anak-anak dan dewasa? Anak-anak hanya berfikir apa yang ada
sekarang sementara orang dewasa berfikir lebih jauh ke depan. Pernikahan adalah
urusannya orang dewasa maka berfikirlah dewasa.
Jika
kita ditanya orang lain, ingin kriteria seperti apa untuk pasangan hidup kita
kelak? pasti beragam jawabnya.. ada yang ingin suami cakep atau istri yang
cantik, ada yang ingin punya suami kaya raya atau setidaknya mertua yang kaya
raya, atau pasangan hidup yang sholeh dan sholikhah... banyak sekali
pilihannya...
Lantas bagaimana jika kita tidak bisa milih sendiri alias dijodohkan.. mungkin ada yang pasrah seperti cerita Siti Nurbaya, ada yang biasa aja, ada yang berontak membikin acara minggat dari rumah, bahkan yang paling parah nih sampai niat bunuh diri.
Lantas bagaimana jika kita tidak bisa milih sendiri alias dijodohkan.. mungkin ada yang pasrah seperti cerita Siti Nurbaya, ada yang biasa aja, ada yang berontak membikin acara minggat dari rumah, bahkan yang paling parah nih sampai niat bunuh diri.
Nah
saya akan memberikan beberapa tips memilih pasangan hidup. (ini berdasarkan
pengalaman penulis)
Pada dasarnya memilih pasangan hidup itu berdasarkan tiga kriteria dasar yaitu :
Pada dasarnya memilih pasangan hidup itu berdasarkan tiga kriteria dasar yaitu :
1.
COCOK JADI ANAK DARI ORANG TUA KITA
Terus terang bagi saya itu orang tua adalah
yang paling utama, makanya saya tempatkan kriteria ini di nomer pertama. Kita
semua pasti ingin donk pasangan hidup kita bisa akur dengan orang tua kita.
Memang terkadang orang tua terkesan 'cerewet'
dalam menilai calon pasangan kita.. yang harus inilah.. yang harus itulah.. tp
jangan berburuk sangka dulu. berpikir positiflah dahulu bahwa itu adalah bentuk
kekhawatiran orang tua kita terhadap kehidupan kita kelak. Mulailah pelajari
apa aja keinginan orang tua sebenarnya dan komunikasi yang baik adalah caranya.
Diskusi sambil minum teh atau pada saat relaks nonton TV bareng. Saya rasa
orang tua sendiri juga sudah bisa menyadari bahwa tidak semua kriteria yang
ditetapkannya itu bisa kita penuhi, jadi anda jangan langsung menjawab
dengan nada protes jika ada kriteria dari orang tua yang tidak anda sukai.
Santai saja teman, ibaratnya anda tidak akan bisa langsung menghentikan laju
jalan orang yang berbadan jauh lebih tinggi dan besar dengan cara menghadangnya
langsung tanpa melukai diri sendiri. Iringi dia jalan, ajak bicara dan rangkul
dia sambil perlahan-lahan belokan atau hentikan jalannya.
2. COCOK JADI AYAH / IBU
DARI ANAK-ANAK KITA KELAK
Ini adalah kriteria kedua yang saya tetapkan.
Nggak mau donk anak-anak kita terlantar gara-gara suami / istri kita nggak
perhatian dengan anak kita. Orang tua harus perhatian kepada anak entah itu
masalah pendidikannya (baik pendidikan agama ataupun formal), kesehatannya,
keperluannya, dan lain2. karena itu adalah salah satu cara membentuk pribadi
anak kita.
3. COCOK JADI SUAMI / ISTRI
KITA
Ini
adalah kriteria yang terakhir. Saya menempatkannya di posisi terakhir bukan
berarti saya harus mengalah dan menomor kesekiankan keinginan pribadi saya. Saya
juga mau punya istri yang cantik, seksi, pinter masak, atau apalah
kriteria-kriteria menarik lainnya. saya menempatkan di posisi terakhir itu
karena kriteria ini lebih mudah dicari daripada 2 kriteria diatas. Banyak kok
di dunia ini cowok yang ganteng dan gagah atau cewek yang cantik dan seksi...
tinggal pilih aja ( masalahnya cuma satu, mereka mau nggak dengan kita hahaha )
Itulah penjelasan ketiga kriteria yang saya terapkan dalam memilih pasangan hidup saya. Jujur sejujurnya, dalam masa pencarian saya, terutama untuk kriteria pertama dan kedua, saya bahkan harus 'memendam agak dalam' perasaan 'CINTA' di hati saya karena harus bolak-balik putus-ganti-putus-ganti dengan beberapa orang gadis. Bukan berarti mereka banyak 'kekurangan' sehingga tidak saya pilih, ada beberapa kasus yang justru 'kekurangan' tersebut berasal dari saya ( tapi mohon maaf tidak bisa saya sebutkan disini ^_^a ). Waktu itu saya cuma yakin bahwa cinta itu bisa datang belakangan dengan sendirinya seiring berjalannya waktu, dan ternyata memang seperti itu.
Itulah penjelasan ketiga kriteria yang saya terapkan dalam memilih pasangan hidup saya. Jujur sejujurnya, dalam masa pencarian saya, terutama untuk kriteria pertama dan kedua, saya bahkan harus 'memendam agak dalam' perasaan 'CINTA' di hati saya karena harus bolak-balik putus-ganti-putus-ganti dengan beberapa orang gadis. Bukan berarti mereka banyak 'kekurangan' sehingga tidak saya pilih, ada beberapa kasus yang justru 'kekurangan' tersebut berasal dari saya ( tapi mohon maaf tidak bisa saya sebutkan disini ^_^a ). Waktu itu saya cuma yakin bahwa cinta itu bisa datang belakangan dengan sendirinya seiring berjalannya waktu, dan ternyata memang seperti itu.
Berbicara tentang memulai hubungan dengan
tanpa rasa cinta, saya ingin menyarankan kepada teman-teman yang dijodohkan
oleh orang tuanya untuk tidak langsung bilang 'TIDAK' terlebih dahulu. Alangkah
baiknya anda kenal dulu 'jodoh' yang diberikan oleh orang tua anda. Memang sih
ini bukan jamannya Siti Nurbaya, tapi apakah anda yakin bahwa 'jodoh' pilihan
anda sendiri itu lebih baik dari 'jodoh' yang dikenalkan oleh orang tua anda??
Mungkin anda bisa belajar dari orang-orang sekitar anda. Teman saya sendiri dijodohkan
dan usia perkawinannya sekarang 7 tahun, juga tidak ada masalah yang berarti.
Saya tidak menyarankan bahwa memulai hubungan
harus tanpa rasa cinta karena bagaimanapun rasa cinta itu adalah sebuah
anugerah yang indah yang diberikan oleh Allah SWT. Memulai hubungan dengan rasa
cinta itu sangatlah baik, tapi jika tidak memungkinkan seperti itu bukan
berarti dunia mau runtuh kan.
·
Seluk-beluk Hubungan dalam Perkawinan
Pada umumnya salah satu
tanda kegagalan suami-istri dalam mencapai kebahagiaan perkawinan adalah
perceraian. Perceraian adalah akumulasi dari kekecewaan yang berkepanjangan
yang disimpan dalam alam bawah sadar individu. Adanya batas toleransi pada
akhirnya menjadikan kekecewaan tersebut muncul kepermukaan, sehingga keinginan
untuk bercerai begitu mudah.
Masalah diseputar perkawinan atau kehidupan
berkeluarga antara lain:
1. Kesulitan ekonomi keluarga yang
kurang tercukupi.
2. Perbedaan watak.
3. Temperamen dan perbedaan
kepribadian yang sangat tajam antara suami dan istri.
4. Ketidakpuasan dalam
hubungan seks.
5. Kejenuhan rutinitas.
6. Hubungan antara keluarga besar yang kurang baik.
7. Adanya istilah WIL (wanita idaman lain) atau PIL (pria
idaman lain).
8. Masalah harta warisan.
9. Menurunnya perhatian kedua belah pihak.
10. Domonasi dan intervensi
orang tua atau mertua.
11. Kesalahpahaman antara kedua belah pihak.
Dari
salah satu masalah diatas yaitu kesalahpahaman yang menyebabkan pasangan
menjadi tersinggung, sehingga terkadang memicu adanya perceraian, merupakan
masalah yang sering terjadi dalam kehidupan rumah tangga. Karena kesalahpahaman
itulah yang terkadang pasangan enggan untuk membuka komunikasi dengan
pasangannya yang kemudian menimbulkan misskomunikasi. Tanpa mereka sadari
dengan keadaan seperti itu malah akan membuat mereka sulit dalam menghadapi
problem apapun.
Komunikasi
yang intern dan baik akan melahirkan saling keterbukaan dan suasana keluarga yang
nyaman. Allah juga memerintahkan kepada suami-istri untuk selalu berbuat baik. Suami
dan istri sering beranggapan bahwa masalah yang timbul akan selesai dengan
sendirinya, asalkan bersabar dan menyediakan waktu yang panjang.
Namun
kenyataannya masalah yang didiamkan bukan membaik, malah memburuk seiring
berjalannya waktu yang lama. Kejengkelan makin menumpuk dan penyelesaian makin
jauh di mata, kareana masalah menjadi seperti benang kusut dan tidak tahu lagi
harus memulainya dari mana. Tabungan cinta cenderung menyusut seiring dengan
berkecamuknya masalah dengan berkurangnya cinta dan kasih sayang, berkurang
pulalah semangat untuk menyelesaikan masalah. Pada akhirnya ketidakpedulian
menggantikan cinta dan makin menyesuaikan diri dalam kehidupan yang tidak sehat
ini. Dengan kata lain antara suami dan istri sudah menemukan cara yang efektif
untuk menyelesaikannya tapi tidak dilakukan sehingga dapat menimbulkan
perceraian.
·
Penyesuaian dan pertumbuhan dalam perkawinan
Perkawinan tidak berarti
mengikat pasangan sepenuhnya. Dua individu ini harus dapat mengembangkan diri
untuk kemajuan bersama. Keberhasilan dalam perkawinan tidak diukur dari
ketergantungan pasangan. Perkawinan merupakan salah satu tahapan dalam hidup yang
pasti diwarnai oleh perubahan. Dan perubahan yang terjadi dalam sebuah
perkawinan, sering tak sederhana. Perubahan yang terjadi dalam perkawinan
banyak terkait dengan terbentuknya relasi baru sebagai satu kesatuan serta
terbentuknya hubungan antarkeluarga kedua pihak.
Relasi yang diharapkan dalam sebuah
perkawinan tentu saja relasi yang erat dan hangat. Tapi karena adanya perbedaan
kebiasaan atau persepsi antara suami-istri, selalu ada hal-hal yang dapat
menimbulkan konflik. Dalam kondisi perkawinan seperti ini, tentu sulit
mendapatkan sebuah keluarga yang harmonis.
Pada dasarnya, diperlukan penyesuaian diri
dalam sebuah perkawinan, yang mencakup perubahan diri sendiri dan perubahan
lingkungan. Bila hanya mengharap pihak pasangan yang berubah, berarti kita
belum melakukan penyesuaian.
Banyak yang bilang pertengkaran adalah bumbu
dalam sebuah hubungan. Bahkan bisa menguatkan ikatan cinta. Hanya, tak semua
pasangan mampu mengelola dengan baik sehingga kemarahan akan terakumulasi dan
berpotensi merusak hubungan.
·
Perceraian dan Pernikahan Kembali
Pernikahan bukanlah akhir
kisah indah bak dongeng cinderella, namun dalam perjalanannya, pernikahan
justru banyak menemui masalah. Menikah Kembali setelah perceraian mungkin
menjadi keputusan yang membingungkan untuk diambil. Karena orang akan mencoba
untuk menghindari semua kesalahan yang terjadi dalam perkawinan sebelumnya dan
mereka tidak yakin mereka bisa memperbaiki masalah yang dialami. Mereka
biasanya kurang percaya dalam diri mereka untuk memimpin pernikahan yang
berhasil karena kegagalan lama menghantui mereka dan membuat mereka ragu-ragu
untuk mengambil keputusan.
Apa yang akan mempengaruhi peluang untuk
menikah setelah bercerai? Ada banyak faktor. Misalnya seorang wanita muda pun
bisa memiliki kesempatan kurang dari menikah lagi jika dia memiliki beberapa
anak. Ada banyak faktor seperti faktor pendidikan, pendapatan dan sosial.
Sebagai manusia, kita memang mempunyai daya
tarik atau daya ketertarikan yang tinggi terhadap hal-hal yang baru. Jadi,
semua hal yang telah kita miliki dan nikmati untuk suatu periode tertentu akan
kehilangan daya tariknya. Misalnya, Anda mencintai pria yang sekarang menjadi
pasangan karena kegantengan, kelembutan dan tanggung jawabnya. Lama-kelamaan,
semua itu berubah menjadi sesuatu yang biasa. Itu adalah kodrat manusia. Sesuatu
yang baru cenderung mempunyai daya tarik yang lebih kuat dan kalau sudah
terbiasa daya tarik itu akan mulai menghilang pula. Ada kalanya, hal-hal yang
sama, yang terus-menerus kita lakukan akan membuat jenuh dalam pernikahan.
Esensi dalam pernikahan adalah menyatukan dua
manusia yang berbeda latar belakang. Untuk itu kesamaan pandangan dalam
kehidupan lebih penting untuk diusahakan bersama.
Jika ingin sukses dalam pernikahan baru,
perlu menyadari tentang beberapa hal tertentu, jangan biarkan kegagalan masa
lalu mengecilkan hati. Menikah Kembali setelah perceraian bisa menjadi
pengalaman menarik. tinggalkan masa lalu dan berharap untuk masa depan yang
lebih baik.
·
Single Life
Paradigma terhadap lajang
cenderung memojokkan. pertanyaannya kapan menikah?? Ganteng-ganteng kok ga
menikah? Apakah Melajang Sebuah Pilihan??
Ada banyak alasan untuk tetap melajang.
Perkembangan jaman, perubahan gaya hidup, kesibukan pekerjaan yang menyita
waktu, belum bertemu dengan pujaan hati yang cocok, biaya hidup yang tinggi,
perceraian yang kian marak, dan berbagai alasan lainnya membuat seorang memilih
untuk tetap hidup melajang. Batasan usia untuk menikah kini semakin bergeser,
apalagi tingkat pendidikan dan kesibukan meniti karir juga ikut berperan dalam
memperpanjang batasan usia seorang untuk menikah. Keputusan untuk melajang
bukan lagi terpaksa, tetapi merupakan sebuah pilihan. Itulah sebabnya, banyak
pria dan perempuan yang memilih untuk tetap hidup melajang.
Persepsi masyarakat terhadap orang yang
melajang, seiring dengan perkembangan jaman, juga berubah. Seringkali kita
melihat seorang yang masih hidup melajang, mempunyai wajah dan penampilan di
atas rata-rata dan supel. Baik pelajang pria maupun wanita, mereka pun pandai
bergaul, memiliki posisi pekerjaan yang cukup menjanjikan, tingkat pendidikan
yang baik.
Alasan yang paling sering dikemukakan oleh
seorang single adalah tidak ingin kebebasannya dikekang.
Apalagi jika mereka telah sekian lama menikmati kebebasan bagaikan burung yang
terbang bebas di angkasa. Jika hendak pergi, tidak perlu meminta ijin dan
menganggap pernikahan akan membelenggu kebebasan. Belum lagi jika mendapatkan
pasangan yang sangat posesif dan cemburu.
Banyak perusahaan lebih memilih karyawan yang
masih berstatus lajang untuk mengisi posisi tertentu. Pertimbangannya, para
pelajang lebih dapat berkonsentrasi terhadap pekerjaan. Hal ini juga menjadi
alasan seorang tetap hidup melajang.
Banyak pria menempatkan pernikahan pada
prioritas kesekian, sedangkan karir lebih mendapat prioritas utama. Dengan
hidup melayang, mereka bisa lebih konsentrasi dan fokus pada pekerjaan,
sehingga promosi dan kenaikan jabatan lebih mudah diperoleh. Biasanya, pelajang
lebih bersedia untuk bekerja lembur dan tugas ke luar kota dalam jangka waktu
yang lama, dibandingkan karyawan yang telah menikah.
Kemapanan dan kondisi ekonomi pun menjadi
alasan tetap melajang. Pria sering kali merasa kurang percaya diri jika belum
memiliki kendaraan atau rumah pribadi. Sementara, perempuan lajang merasa
senang jika sebelum menikah bisa hidup mandiri dan memiliki karir bagus. Mereka
bangga memiliki sesuatu yang dihasilkan dari hasil keringat sendiri. Selain
itu, ada kepuasaan tersendiri.
Banyak yang mengatakan seorang masih melajang
karena terlalu banyak memilih atau ingin mendapat pasangan yang sempurna
sehingga sulit mendapatkan jodoh. Pernikahan adalah untuk seumur hidup. Rasanya
tidak mungkin menghabiskan masa hidup kita dengan seorang yang tidak kita
cintai. Lebih baik terlambat menikah daripada menikah akhirnya berakhir dengan
perceraian.
Lajang pun lebih mempunyai waktu untuk
dirinya sendiri, berpenampilan lebih baik, dan dapat melakukan kegiatan hobi
tanpa ada keberatan dari pasangan. Mereka bebas untuk melakukan acara berwisata
ke tempat yang disukai dengan sesama pelajang.
Pelajang biasanya terlihat lebih muda dari
usia sebenarnya jika dibandingkan dengan teman-teman yang berusia sama
dengannya, tetapi telah menikah.
Ketika diundang ke pernikahan kerabat,
pelajang biasanya menghindarinya. Kalaupun datang, mereka berusaha untuk
berkumpul dengan para sepupu yang masih melajang dan sesama pelajang. Hal ini
untuk menghindari pertanyaan singkat dan sederhana dari kerabat yang seusia
dengan orangtua mereka. Kapan menikah? Kapan menyusul? Sudah ada calon?
Pertanyaan tersebut, sekalipun sederhana, tetapi sulit untuk dijawab oleh
pelajang.
Seringkali, pelajang juga menjadi sasaran
keluarga untuk dicarikan jodoh, terutama bila saudara sepupu yang seumuran
telah menikah atau adik sudah mempunyai pacar. Sementara orangtua menginginkan
agar adik tidak melangkahi kakak, agar kakak tidak berat jodoh.
Tidak dapat dipungkuri, sebenarnya lajang
juga mempunyai keinginan untuk menikah, memiliki pasangan untuk berbagi dalam
suka dan duka. Apalagi melihat teman yang seumuran yang telah memiliki sepasang
anak yang lucu dan menggemaskan. Bisa jadi, mereka belum menemukan pasangan
atau jodoh yang cocok di hati. Itulah alasan mereka untuk tetap menjalani hidup
sebagai lajang.
Melajang adalah sebuah sebuah pilihan dan
bukan terpaksa, selama pelajang menikmati hidupnya. Pelajang akan mengakhiri
masa lajangnya dengan senang hati jika telah menemukan seorang yang telah cocok
di hati.
Kehidupan melajang bukanlah sebuah hal yang
perlu ditakuti. Bukan pula sebuah pemberontakan terhadap sebuah ikatan
pernikahan. Hanya, mereka belum ketemu jodoh yang cocok untuk berbagi dalam
suka dan duka serta menghabiskan waktu bersama di hari tua.
Arus modernisasi dan gender membuat para perempuan Indonesia dapat menempati posisi yang setara bahkan melebihi pria. Bahkan sekarang banyak perempuan yang mempunyai penghasilan lebih besar dari pria. Ditambah dengan konsep pilihan melajang, terutama kota-kota besar, mendorong perempuan Indonesia untuk hidup sendiri.
-Adhim, Mohammad Fauzil (2002) Indahnya
Perkawinan Dini Jakarta: Gema Insani Press (GIP)
-Miftachr,
2010. Pengertian Munakahat Pernikahan, Artikel, (Tersedia online dihttp://miftachr.blog.uns.ac.id/2010/04/pengertian-munakahat-pernikahan/ diakses pada tanggal 6 Mei 2011).
0 komentar:
Posting Komentar