·
Apa
itu Hubungan Interpersonal?
Hubungan
interpersonal yaitu dimana kertika kita berkomunikasi, kita bukan
hanya menyampaikan isi pesan tetapi juga menentukan kadar hubungan
interpesonalnya. Jadi ketika kita berkomunikasi kita tidak hanya menentukan
conten saja melainkan relationship. Dari segi psikologi menyatakan bahwa makin
baik hubungan interpersonal makin tebuka seseorang
mengungkapkan dirinya
·
Model-Model
Hubungan Interpersonal
1.
Model Pertukaran Sosial
Model pertukaran social
memandang hubungan interpersonal sebagai transaksi dagang. Seseorang
berhubungan dengan orang lain karena mengharapkan sesuatu untuk memenuhi
kebutuhannya.
Thibault dan Kelley,
dua orang pemuka dari teori ini menyimpulkan model pertukaran sosial sebagai
berikut:
“Asumsi dasar yang
mendasari seluruh analisis kami adalah bahwa setiap
individu secara
sukarela memasuki dan tinggal dalam hubungan sosial hanya
selama hubungan
tersebut cukup memuaskan ditinjau dari segi ganjaran dan
biaya.”
Ganjaran yang dimaksud
adalah setiap akibat yang dinilai positif yang diperoleh seseorang dari suatu
hubungan. Contoh Ganjaran dapat berupa uang, penerimaan sosial, atau
dukungan terhadap nilai yang dipegangnya. Sedangkan yang dimaksud dengan
biaya adalah akibat yang negatif yang terjadi dalam suatu hubungan.
Contoh : Biaya itu dapat berupa waktu, usaha,
konflik, kecemasan, dan keruntuhan harga diri dan kondisi-kondisi lain yang
dapat menimbulkan efek efek tidak menyenangkan.
2.
Model Peran
Model peran dalam
hubungan interpersonal di sini di anggap sebagi panggung sandiwara .di sini
semua orang di minta buat memainkan perannya sesuai dengan naskah yang sudah di
buat oleh masyarakat.
Contohnya : Anak sekolah
menjalankan perannya sebagai pelajar yang perannya adalah belajar
Ibu
yang perannya mengurus keluarga
Hubungan interpersonal berjalan baik apabila
seseorang itu menjalannkan perannya dengan baik sesuai dengan peran yang di
jalankan .
3. Model Permainan (games people play model)
Model menggunakan
pendekatan analisis transaksional. Model ini menerangkan bahwa dalam
berhubungan individu-individu terlibat dalam bermacam permaianan.
Kepribadian dasar
dalam permainan ini dibagi dalam 3 bagian yaitu :
·
Kepribadian
orang tua (aspek kepribadian yang merupakan asumsi dan perilaku yang diterima
dari orang tua atau yang dianggap sebagi orang tua).
·
Kepribadian
orang dewasa (bagian kepribadian yang mengolah informasi secara rasional)
·
Kepribadian
anak (kepribadian yang diambil dari perasaan dan pengalaman kanak-kanak yang
mengandung potensi intuisi, spontanitas, kreativitas dan kesenangan). Pada interaksi individu menggunakan salah satu
kepribadian tersebut sedang yang lain membalasnya dengan menampilkan salah satu
dari kepribadian tersebut. Sebagai contoh seorang suami yang sakit dan ingin
minta perhatian pada istri (kepribadian anak), kemudian istri menyadari rasa
sakit suami dan merawatnya (kepribadian orang tua).
4.
Model Intreraksional
Model
ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu sistem. Setiap sistem
memiliki sifat-sifat strukural, integratif dan medan. Semua system terdiri dari
subsistem-subsistem yang saling tergantung dan bertindak bersama sebagai suatu
kesatuan. Selanjutnya, semua sistem mempunyai kecenderungan untuk memelihara
dan mempertahankan kesatuan. Bila ekuilibrium dari system terganggu, segera
akan diambil tindakannya. Setiap hubungan interpersonal harus dilihat dari
tujuan bersama, metode komunikasi, ekspektasi dan pelaksanaan peranan.
·
Memulai hubungan
Ada tahap-tahap dalam
hubungan interpersonal yakni meliputi :
1. Pembentukan
Tahap
ini sering disebut juga dengan tahap perkenalan. Beberapa peneliti telah
menemukan hal-hal menarik dari proses perkenalan. Fase pertama, “fase kontak
yang permulaan”, ditandai oleh usaha kedua belah pihak untuk menangkap
informasi dari reaksi kawannya. Masing-masing pihak berusaha menggali
secepatnya identitas, sikap dan nilai pihak yang lain. Bila mereka merasa ada
kesamaan, mulailah dilakukan proses mengungkapkan diri. Pada tahap ini
informasi yang dicari meliputi data demografis, usia, pekerjaan, tempat
tinggal, keadaan keluarga dan sebagainya.
Menurut Charles R.
Berger informasi pada tahap perkenalan dapat dikelompokkan pada tujuh kategori,
yaitu:
a.
Informasi demografis
b.
Sikap dan pendapat (tentang orang atau objek).
c.
Rencana yang akan datang.
d.
Kepribadian.
e.
Perilaku pada masa lalu.
f.
Orang lain serta,
g.
Hobi dan minat.
2. Peneguhan
Hubungan
Hubungan interpersonal tidaklah bersifat
statis, tetapi selalu berubah. Untuk memelihara dan memperteguh hubungan
interpersonal, diperlukan tindakan-tindakan tertentu untuk mengembalikan
keseimbangan. Ada empat faktor penting dalam memelihara keseimbangan ini,
yaitu:
a. Keakraban (pemenuhan kebutuhan akan kasih sayang antara
komunikan dan komunikator).
b. Kontrol (kesepakatan antara kedua belah pihak yang
melakukan komunikasi dan menentukan siapakah yang lebih dominan didalam
komunikasi tersebut).
c. Respon yang tepat (feedback atau umpan balik yang akan
terima jangan sampai komunikator salah memberikan informasi sehingga komunikan
tidak mampu memberikan feedback yang tepat).
d. Nada emosional yang tepat (keserasian suasana emosi saat komunikasi
sedang berlangsung).
·
Intimasi dan hubungan pribadi
Pendapat
beberapa ahli mengenai intimasi, di antara lain yaitu :
a. Shadily dan Echols (1990) mengartikan intimasi sebagai
kelekatan yang kuat yang didasarkan oleh saling percaya dan kekeluargaan.
b. Sullivan (Prager, 1995) mendefinisikan intimasi sebagai
bentuk tingkah laku penyesuaian seseorang untuk mengekspresikan akan
kebutuhannya terhadap orang lain.
c. Sternberg (1993) berpendapat bahwa suatu hubungan intim
adalah sebuah ikatan emosional antara dua individu yang didasari oleh
kesejahteraan satu sama lain, keinginan untuk memperlihatkan pribadi
masing-masing yang terkadang lebih bersifat sensitif serta saling berbagi
kegemaran dan aktivitas yang sama.
d. Levinger & Snoek (Brernstein dkk, 1988) merupakan
suatu bentuk hubungan yang berkembang dari suatu hubungan yang bersifat timbal
balik antara dua individu. Keduanya saling berbagi pengalaman dan informasi,
bukan saja pada hal-hal yang berkaitan dengan fakta-fakta umum yang terjadi di
sekeliling mereka, tetapi lebih bersifat pribadi seperti berbagi pengalaman
hidup, keyakinan-keyakinan, pilihan-pilihan, tujuan dan filosofi dalam hidup.
Pada tahap ini akan terbentuk perasaan atau keinginan untuk menyayangi,
memperdulikan, dan merasa bertangung jawab terhadap hal-hal tertentu yang
terjadi pada orang yang dekat dengannya.
e. Atwater (1983) mengemukakan bahwa intimasi mengarah pada
suatu
hubungan yang bersifat informal, hubungan kehangatan antara dua orang yang
diakibatkan oleh persatuan yang lama. Intimasi mengarah pada keterbukaan
pribadi dengan orang lain, saling berbagi pikiran dan perasaan mereka yang
terdalam. Intimasi semacam ini membutuhkan komunikasi yang penuh makna
untuk mengetahui dengan pasti apa yang dibagi bersama dan memperkuat ikatan
yang telah terjalin. Hal tersebut dapat terwujud melalui saling berbagi dan
membuka diri, saling menerima dan menghormati, serta kemampuan untuk
merespon kebutuhan orang lain (Harvey dan Omarzu dalam Papalia dkk, 2001).
hubungan yang bersifat informal, hubungan kehangatan antara dua orang yang
diakibatkan oleh persatuan yang lama. Intimasi mengarah pada keterbukaan
pribadi dengan orang lain, saling berbagi pikiran dan perasaan mereka yang
terdalam. Intimasi semacam ini membutuhkan komunikasi yang penuh makna
untuk mengetahui dengan pasti apa yang dibagi bersama dan memperkuat ikatan
yang telah terjalin. Hal tersebut dapat terwujud melalui saling berbagi dan
membuka diri, saling menerima dan menghormati, serta kemampuan untuk
merespon kebutuhan orang lain (Harvey dan Omarzu dalam Papalia dkk, 2001).
f. Dalam suatu hubungan juga
perlu adanya companionate love, passionate love dan intimacy love. Karena
apabila kurang salah satu saja di dalam suatu hubungan atau mungkin hanya salah
satu di antara ketiganya itu di dalam suatu hubungan maka yang akan terjadi
adalah hubungan tersebut tidak akan berjalan dengan langgeng atau awet, justru
sebaliknya setiap pasangan tidak merasakan kenyamanan dari pasangannya tersebut
sehingga yang terjadi adalah hubungan tersebut bubar dan tidak akan ada lagi
harapan untuk membangun hubungan yang harmonis dan langgeng.
g. Komunikasi yang selalu
terjaga, kepercayaan, kejujuran dan saling terbuka pun menjadi modal yang cukup
untuk membina hubungan yang harmonis. Maka jangan kaget apabila komunikasi kita
dengan pasangan tidak berjalan dengan mulus atau selalu terjaga bisa jadi
hubungan kita akan terancam bubar atau hancur. Tentu saja itu akan menyakitkan
hati kita dan setiap pasangan di dunia ini pun tidak pernah menginginkan hal
berikut.
·
Intimasi dan pertumbuhan
Apapun alasan untuk
berpacaran, untuk bertumbuh dalam keintiman, yang terutama adalah cinta.
Keintiman tidak akan bertumbuh jika tidak ada cinta . Keintiman berarti proses
menyatakan siapa kita sesungguhnya kepada orang lain. Keintiman adalah
kebebasan menjadi diri sendiri. Keintiman berarti proses membuka topeng kita
kepada pasangan kita. Bagaikan menguliti lapisan demi lapisan bawang, kita pun
menunjukkan lapisan demi lapisan kehidupan kita secara utuh kepada pasangan
kita.
Keinginan setiap pasangan
adalah menjadi intim. Kita ingin diterima, dihargai, dihormati, dianggap
berharga oleh pasangan kita. Kita menginginkan hubungan kita menjadi tempat
ternyaman bagi kita ketika kita berbeban. Tempat dimana belas kasihan dan dukungan
ada didalamnya. Namun, respon alami kita adalah penolakan untuk bisa terbuka
terhadap pasangan kita. Hal ini dapat disebabkan karena :
1. kita tidak mengenal dan
tidak menerima siapa diri kita secara utuh.
2. kita tidak menyadari bahwa
hubungan pacaran adalah persiapan memasuki pernikahan.
3. kita tidak percaya pasangan
kita sebagai orang yang dapat dipercaya untuk memegang rahasia.
4. kita dibentuk menjadi orang
yang berkepribadian tertutup.
5. kita memulai pacaran bukan
dengan cinta yang tulus .
Sumber :
-Aronson ,Elliot .(2005).social psychology .upper
saddle river :person prentice hall
-Hall, S Calvin., Lindzey , Gardner., (2009). teori
- teori psikodinamika, yogyakarta:kanisius
-Wirawan, Sarlito S. 2002. Individu dan
teori-teori psikologi social. Jakarta: Balai Pustaka
-Dayakisni, Tri. 2006. Psikologi social. Edisi
revisi. Malang : Universitas Muhamadiyah Malang
-Aronson ,Elliot .(2005).social psychology .upper
saddle river :person prentice hall
- Hall, S Calvin., Lindzey , Gardner.,
(2009). teori - teori psikodinamika, yogyakarta:kanisius
- Jalaluddin Rakhmat (1998): Psikologi
Komunikasi, Edisi 12, PT Remaja Rosdakarya Offset, Bandung.
0 komentar:
Posting Komentar