1. Mempengaruhi
Perilaku
A.
Definisi
Pengaruh
Surakhmad
menyatakan bahwa pengaruh adalah kekuatan yang muncul dari suatu benda
atau orang dan juga gejala dalam yang dapat memberikan perubahan terhadap
apa-apa yang ada di sekelilingnya.
Menurut Badudu dan Zain (1994,1031), pengaruh adalah daya yang
menyebabkan sesuatu yang terjadi; sesuatu yang dapat membentuk atau mengubah
sesuatu yang lain; dan tunduk atau mengikuti karena kuasa atau kekuatan orang
lain. Jadi dapat disimpulkan, Pengaruh adalah suatu daya yang dapat membentuk
atau mengubah sesuatu yang lain.
B.
Kunci-kunci
Perubahan Perilaku
Menurut WHO,
perubahan perilaku dibagi 3 bagian, yaitu :
1. Natural change : sebagian perubahan perilaku manusia karena kejadian alamiah.
2. Planned change : perubahan perilaku karena memang direncakan sendiri.
3. Readines to change : kesediaan untuk berubah terhadap hal-hal baru.
1. Natural change : sebagian perubahan perilaku manusia karena kejadian alamiah.
2. Planned change : perubahan perilaku karena memang direncakan sendiri.
3. Readines to change : kesediaan untuk berubah terhadap hal-hal baru.
2.
Kekuasaan
Defnisi Kekuasaan
Kekuasaan adalah kewenangan yang didapatkan oleh seseorang
atau kelompok guna menjalankan kewenangan tersebut sesuai dengan kewenangan
yang diberikan, kewenangan tidak boleh dijalankan melebihi kewenangan yang
diperoleh atau kemampuan seseorang atau kelompok untuk memengaruhi
tingkah laku orang atau kelompok lain sesuai dengan keinginan dari pelaku
(Miriam Budiardjo,2002)
Kekuasaan merupakan kemampuan memengaruhi pihak lain untuk berpikir dan
berperilaku sesuai dengan kehendak yang memengaruhi (Ramlan Surbakti,1992).
Adapun
sumber kekuasaan menurut French & Raven ada 5 kategori yaitu;
1.
Kekuasaan Paksaan (Coercive Power)
Kekuasaan
Paksaan : target taat agar ia terhindar dari hukuman yang diyakini dan diatur
oleh agent. Kekuasaan imbalan seringkali dilawankan dengan kekuasaan paksaan,
yaitu kekuasaan untuk menghukum. Hukuman adalah segala konsekuensi tindakan
yang dirasakan tidak menyenangkan bagi orang yang menerimanya. Pemberian
hukuman kepada seseorang dimaksudkan juga untuk memodifikasi perilaku,
menghukum perilaku yang tidak baik/merugikan organisasi dengan maksud agar berubah
menjadi perilaku yang bermanfaat. Para manajer menggunakan kekuasaan jenis ini
agar para pengikutnya patuh pada perintah karena takut pada konsekuensi tidak
menyenangkan yang mungkin akan diterimanya. Jenis hukuman dapat berupa
pembatalan pemberikan konsekwensi tindakan yang menyenangkan; misalnya
pembatalan promosi, pembatalan bonus; maupun pelaksanaan hukuman seperti skors,
PHK, potong gaji, teguran di muka umum, dan sebagainya.
Meskipun
hukuman mungkin mengakibatkan dampak sampingan yang tidak diharapkan, misalnya
perasaan dendam, tetapi hukuman adalah bentuk kekuasaan paksaan yang masih
digunakan untuk memperoleh kepatuhan atau memperbaiki prestasi yang tidak
produktif dalam organisasi.
2). Kekuasaan Imbalan (Insentif Power)
Kekuasaan
Imbalan : target taat agar ia mendapat ganjaran / imbalan yang diyakini
dikuasai atau dikendalikan oleh agent. Kemampuan
seseorang untuk memberikan imbalan kepada orang lain (pengikutnya) karena
kepatuhan mereka. Kekuasaan imbalan digunakan untuk mendukung kekuasaan
legitimasi. Jika seseorang memandang bahwa imbalan, baik imbalan ekstrinsik
maupun imbalan intrinsik, yang ditawarkan seseorang atau organisasi yang
mungkin sekali akan diterimanya, mereka akan tanggap terhadap perintah.
Penggunaan
kekuasaan imbalan ini amat erat sekali kaitannya dengan teknik memodifikasi
perilaku dengan menggunakan imbalan sebagai faktor pengaruh.
3). Kekuasaan Sah (Legitimate Power)
3). Kekuasaan Sah (Legitimate Power)
Kekuasaan
Sah : target taat karena ia yakin bahwa agent mempunyai hak untuk membuat
ketentuan atau peraturan dan bahwa target mempunyai kewajiban untuk taat. Kemampuan
seseorang untuk mempengaruhi orang lain karena posisinya. Seorang yang
tingkatannya lebih tinggi memiliki kekuasaan atas pihak yang berkedudukan lebih rendah. Dalam
teori, orang yang mempunyai kedudukan sederajat dalam organisasi, misalnya
sesama manajer, mempunyai kekuasaan legitimasi yang sederajat pula. Kesuksesan
penggunaan kekuasaan legitimasi ini sangat dipengaruhi oleh bakat seseorang
mengembangkan seni aplikasi kekuasaan tersebut. Kekuasaan legitimasi sangat
serupa dengan wewenang. Selain seni pemegang kekuasaan, para bawahan memainkan
peranan penting dalam pelaksanaan penggunaan legitimasi. Jika bawahan memandang
penggunaan kekuasaan tersebut sah, artinya sesuai dengan hak-hak yang melekat,
mereka akan patuh.Tetapi jika dipandang penggunaan kekuasaan tersebut tldak
sah, mereka mungkin sekali akan membangkang.
Batas-batas
kekuasaan ini akan sangat tergantung pada budaya, kebiasaan dan sistem nilai
yang berlaku dalam organisasi yang bersangkutan.
4). Kekuasaan Pakar (Expert Power)
4). Kekuasaan Pakar (Expert Power)
Kekuasaan
Pakar : target taat karena ia yakin atau percaya bahwa agent mempunyai
pengetahuan khusus tentang cara yang terbaik untuk melakukan sesuatu. Seseorang
mempunyai kekuasaan ahli jika ia memiliki keahlian khusus yang dinilai tinggi.
Seseorang yang memiliki keahlian teknis, administratif, atau keahlian yang lain
dinilai mempunyai kekuasaan, walaupun kedudukan mereka rendah. Semakin sulit
mencari pengganti orang yang bersangkutan, semakin besar kekuasaan yang
dimiliki.
Kekuasaan
ini adalah suatu karakteristik pribadi, sedangkan kekuasaan legitimasi,
imbalan, dan paksaan sebagian besar ditentukan oleh organisasi, karena posisi
yang didudukinya.
Contoh : Pasien – pasien dirumah sakit menganggap dokter sebagai pemimpin atau panutan karena dokterlah uang dianggap paling ahli untuk menyembuhkan penyakit
5). Kekuasaan Rujukan (Referent Power)
Contoh : Pasien – pasien dirumah sakit menganggap dokter sebagai pemimpin atau panutan karena dokterlah uang dianggap paling ahli untuk menyembuhkan penyakit
5). Kekuasaan Rujukan (Referent Power)
Kekuasaan
Rujukan : target taat karena ia memuja agent atau mengidentifikasi dirinya
dengan agent dan mengharapkan persetujuan agent.
Banyak individu yang menyatukan diri dengan atau dipengaruhi oleh seseorang karena gaya kepribadian atau perilaku orang yang bersangkutan. Karisma orang yang bersangkutan adalah basis kekuasaan panutan. Seseorang yang berkarisma ; misalnya seorang manajer ahli, penyanyi, politikus, olahragawan; dikagumi karena karakteristiknya. Pemimpin karismatik bukan hanya percaya pada keyakinan – keyakinannya sendiri (factor atribusi), melainkan juga merasa bahwa ia mempunyai tujuan-tujuan luhur abadi yang supernatural (lebih jauh dari alam nyata). Para pengikutnya, di sisi lain, tidak hanya percaya dan menghargai sang pemimpin, tetapi juga mengidolakan dan memujanya sebagai manusia atau pahlawan yang berkekuatan gaib atau tokoh spiritual (factor konsekuensi). Jadi, pemimpin kharismatik berfungsi sebagai katalisator dari psikodinamika yang terjadi dalam diri para pengikutnya seperti dalam proses proyeksi, represi, dan regresi yang pada gilirannya semakin dikuatkan dalam proses kebersamaan dalam kelompok. Dalam masa puncaknya, Bung Karno misalnya; diberi gelar paduka yang mulia, Panglima Besar ABRI, Presiden seumur hidup, petani agung, pramuka agung, dan berbagai gelar yang lainnya.
Banyak individu yang menyatukan diri dengan atau dipengaruhi oleh seseorang karena gaya kepribadian atau perilaku orang yang bersangkutan. Karisma orang yang bersangkutan adalah basis kekuasaan panutan. Seseorang yang berkarisma ; misalnya seorang manajer ahli, penyanyi, politikus, olahragawan; dikagumi karena karakteristiknya. Pemimpin karismatik bukan hanya percaya pada keyakinan – keyakinannya sendiri (factor atribusi), melainkan juga merasa bahwa ia mempunyai tujuan-tujuan luhur abadi yang supernatural (lebih jauh dari alam nyata). Para pengikutnya, di sisi lain, tidak hanya percaya dan menghargai sang pemimpin, tetapi juga mengidolakan dan memujanya sebagai manusia atau pahlawan yang berkekuatan gaib atau tokoh spiritual (factor konsekuensi). Jadi, pemimpin kharismatik berfungsi sebagai katalisator dari psikodinamika yang terjadi dalam diri para pengikutnya seperti dalam proses proyeksi, represi, dan regresi yang pada gilirannya semakin dikuatkan dalam proses kebersamaan dalam kelompok. Dalam masa puncaknya, Bung Karno misalnya; diberi gelar paduka yang mulia, Panglima Besar ABRI, Presiden seumur hidup, petani agung, pramuka agung, dan berbagai gelar yang lainnya.
3. Teori Leadership
a. Pengertian Leadership
Kepemimpinan atau
leadership adalah proses memengaruhi atau memberi contoh oleh pemimpin kepada
pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Cara alamiah mempelajari
kepemimpinan adalah "melakukannya dalam kerja" dengan praktik seperti
pemagangan pada seorang seniman ahli, pengrajin, atau praktisi.Dalam hubungan
ini sang ahli diharapkan sebagai bagian dari perannya memberikan
pengajaran/instruksi.
Dalam bahasa
Indonesia "pemimpin" sering disebut penghulu, pemuka, pelopor,
pembina, panutan, pembimbing, pengurus, penggerak, ketua, kepala, penuntun,
raja, tua-tua, dan sebagainya. Sedangkan istilah Memimpin digunakan dalam
konteks hasil penggunaan peran seseorang berkaitan dengan kemampuannya
mempengaruhi orang lain dengan berbagai cara.
Istilah pemimpin,
kemimpinan, dan memimpin pada mulanya berasal dari kata dasar yang sama "pimpin".
Namun demikian ketiganya digunakan dalam konteks yang berbeda.
Pemimpin adalah suatu
lakon/peran dalam sistem tertentu; karenanya seseorang dalam peran formal belum
tentu memiliki ketrampilan kepemimpinan dan belum tentu mampu memimpin. Istilah
Kepemimpinan pada dasarnya berhubungan dengan ketrampilan, kecakapan, dan
tingkat pengaruh yang dimiliki seseorang; oleh sebab itu kepemimpinan bisa
dimiliki oleh orang yang bukan "pemimpin".
b. Teori Kepemimpinan Partisipatif
1)
Teori X dan Y dari Douglas Mx. Gregon
Teori
motivasi manusia yang dicipta dan dibangunkan oleh Douglas McGregor di Sekolah
Pengurusan MIT Sloan pada 1960-an, yang telah digunakan bagi pengurusan sumber
manusia, tingkah laku organisasi, komunikasi organisasi dan pembangunan
organisasi. Ia menggambarkan dua model bertentangan mengenai motivasi tenaga
kerja. Teori ini mengemukakan strategi kepemimpinan efektif dengan menggunakan
konsep pengurusan berpenyertaan.
2)
Teori system A dari Rensis Likert
Gaya
kepemimpian yaitu sikap dan tindakan yang dilakukan pemimpin dalam menghadapi
bawahan. Ada dua macam gaya kepemimpinan yaitu gaya kepemimpinan yang
berorientasi pada tugas dan gaya kepemimpinan yang berorientasi pada karyawan.
Dalam gaya yang ber orientasi pada tugas ditandai oleh beberapa hal sebagai
berikut:
•
Pemimpin memberikan petunjuk kepada bawahan.
• Pemimpin
selalu mengadakan pengawasan secara ketat terhadap bawahan.
•
Pemimpin meyakinkan kepada bawahan bahwa tugas-tugas harus dilaksanakan sesuai
dengan keinginannya.
•
Pemimpin lebih menekankan kepada pelaksanaan tugas daripada pembinaan dan
pengembangan bawahan.
Sedangkan
gaya kepemimpinan yang berorientasi kepada karyawan atau bawahan
ditandai
dengan beberapa hal sebagai berikut:
•
Pemimpin lebih memberikan motivasi daripada memberikan pengawasan kepada
bawahan.
•
Pemimpin melibatkan bawahan dalam pengambilan keputusan.
•
Pemimpin lebih bersifat kekeluargaan, saling percaya dan kerja sama, saling
menghormati
di antara sesama anggota kelompok.
3)
Teori of Leadership Pattern choice dari Tannen Baum dan Scmidt
Keberhasilan
menerapkan manajemen perubahan antara lain sangat ditentukan oleh gaya(style)
yang diadopsi manajemen. Teori ini berpendapat tingkat keberhasilan pengmbilan
keputusan sangat ditentukan oleh sejumlah gaya yang dianut dalam mengelola
perubahan. Gaya/cara yang dimaksud lebih menyangkut pengambilan keputusan dan
implementasi. Seseorang dapat melakoni gaya kepemimpinan dalam suatu horizon
mulai dari yang sangat otokratik hingga partisipatif.
Dengan
demikian, maka menurut teori ini tidak selalu komotmen dan partisipasi bawahan
diperlukan. Semua ini memerlukan analisis dan diagnosis mengenai kesiapan kedua
belah pihak, yaitu atasan dan bawahan, baik sikap mental, motivasi, maupun
kompetensinya.
Teori
ini merupakan hasil pemikiran dari Robert Tannenbaum dan Warren H. Schmidt.
Tannenbaun dan Schmidt dalam Hersey dan Blanchard (1994) berpendapat bahwa
pemimpin mempengaruhi pengikutnya melalui beberapa cara, yaitu dari cara yang
menonjolkan sisi ekstrim yang disebut dengan perilaku otokratis sampai dengan
cara yang menonjolkan sisi ekstrim lainnya yang disebut dengan perilaku
demokratis.
Perilaku
otokratis, pada umumnya dinilai bersifat negatif, di mana sumber kuasa atau
wewenang berasal dari adanya pengaruh pimpinan. Jadi otoritas berada di tangan
pemimpin, karena pemusatan kekuatan dan pengambilan keputusan ada pada dirinya
serta memegang tanggung jawab penuh, sedangkan bawahannya dipengaruhi melalui
ancaman dan hukuman. Selain bersifat negatif, gaya kepemimpinan ini mempunyai
manfaat antara lain, pengambilan keputusan cepat, dapat memberikan kepuasan
pada pimpinan serta memberikan rasa aman dan keteraturan bagi bawahan. Selain
itu, orientasi utama dari perilaku otokratis ini adalah pada tugas.
Perilaku
demokratis; perilaku kepemimpinan ini memperoleh sumber kuasa atau wewenang
yang berawal dari bawahan. Hal ini terjadi jika bawahan dimotivasi dengan tepat
dan pimpinan dalam melaksanakan kepemimpinannya berusaha mengutamakan kerjasama
dan team work untuk mencapai tujuan, di mana si pemimpin senang menerima saran,
pendapat dan bahkan kritik dari bawahannya. Kebijakan di sini terbuka bagi
diskusi dan keputusan kelompok.
Menurut
teori kontinuun ada tujuh tingkatan hubungan peminpin dengan bawahan :
1.
Pemimpin membuat dan mengumumkan keputusan terhadap bawahan (telling).
2.
Pemimpin menjual dan menawarkan keputusan terhadap bawahan (selling).
3.
Pemimpin menyampaikan ide dan mengundang pertanyaan.
4.
Pemimpin memberikan keputusan tentative, dan keputusan masih dapat diubah.
5.
Pemimpin memberikan problem dan meminta sarang pemecahannya kepada bawahan (consulting).
6.
Pemimpin menentukan batasan – batasan dan minta kelompok untuk membuat
peputusan.
7.
Pemimpin mengizinkan bawahan berfungsi dalam batas – batas yang ditentukan
(joining).
Jadi,
berdasarkan teori continuum, perilaku pemimpin pada dasarnya bertitik tolak
dari dua pandangan dasar :
1.
Berorientasi kepada pemimpin.
2.
Berorientasi kepada bawahan.
c. Modern choice approach to
participation
d. Contigency theory of Leadership
dari Friedel
e. Path goal theory
4.
Motivasi
a.
Pengertian motivasi
Suatu sugesti atau dorongan yang muncul karena diberikan oleh seseorang
kepada orang lain atau dari diri sendiri, dorongan tersebut bermaksud agar
orang tersebut menjadi orang yang lebih baik dari yang sebelumnya. Motivasi
juga bisa diartikan sebagai sebuah alasan yang mendasari sebuah perbuatan yang
dilakukan oleh seseorang.
b.
Teori harapan dan implikasi
Teori harapan kadang disebut teori ekspektansi atau expectancy theory of
motivation dikemukakan oleh Victor Vroom pada tahun 1964. Vroom lebih
menekankan pada faktor hasil (outcomes), ketimbang kebutuhan (needs) seperti
yang dikemukakan oleh Maslow and Herzberg.
Teori ini menyatakan bahwa intensitas kecenderungan untuk melakukan
dengan cara tertentu tergantung pada intensitas harapan bahwa kinerja akan
diikuti dengan hasil yang pasti dan pada daya tarik dari hasil kepada individu.
c.
Teori tujuan dan implikasi
MOTIVASI
(DEFINISI)
·
Suatu
variable perantara yang digunakan untuk menerangkan faktor-faktor dalam diri
individu, yang dapat membangkitkan, mempertahankan dan menyalurkan tingkah laku
kearah suatu tujuan tertentu (J.P. Chaplin).
·
Motivasi
berhubungan dengan kekuatan (dorongan) yang berada di dalam diri manusia.
·
Motivasi
tidak dapa tterlihat dari luar.
·
Motivas
dapat menggerakkan manusia untuk menampilkan suatu tingkah laku kearah
pencapaian suatu tujuan.
·
Tingkah
laku dapat dilandasi oleh berbagai macam motivasi.
Sulit
mempelajari Motivasi karena:
·
Motivasi
tidak dapat dilihat bahkan ada kalanya tidak dapat disadari.
·
Motivasi
yang sama dapat tampil dalam bentuk tingkah laku yang berbeda.
·
Motivasi
yang berbeda bisa saja tampil dalam bentuk tingkah laku yang sama
·
Sebuah
tingkah laku bisa dilandasi oleh beberapa motivasi sekaligus.
3
katagori MOTIF
·
Motif
Primer:
Dibawa
sejak lahir & bukan hasil proses belajar.
Faal /
psikologis.
Kebutuhan
untuk makan & minum
·
Motif
Umum:
Dibawa
sejak lahir & bukan hasil proses belajar
Tidak
berhubungan dengan proses faal tubuh manusia
Kebutuhan
kasihs ayang, rasa ingin tahu & diperhatikan.
·
Motif
Sekunder:
·
Tumbuh sebagai hasil proses belajar.
· Tidak
berhubungan dengan proses faal
·
Kebutuhan berprestasi & berkuasa
d.
Kebutuhan yang relevan dengan perliaku dalam organisasi
Saling
membantu satu sama lain dalam suatu organisasi. Lebih kearah kepekaan dan
saling memahami.
e.
Teori drive reinforcement dan implikasi praktisnya
Teori ini didasarkan atas hubungan sebab dan akibat dari perilaku dengan
pemberian konpensasi. Misalnya promosi seorang karyawan itu tergantung dari
prestasi yang selalu dapat dipertahankan. Sifat ketergantungan tersebut
bertautan dengan hubungan antara perilaku dan kejadian yang mengikuti perilaku
tersebut. Teori pengukuhan ini terdiri dari dua jenis, yaitu :
1. Pengukuhan Positif (Positive Reinforcement), yaitu bertambahnya
frekuensi perilaku, terjadi jika pengukuh positif diterapkan secara bersyarat.
2. Pengukuhan Negatif (Negative Reinforcement), yaitu bertambahnya
frekuensi perilaku, terjadi jika pengukuhan negatif dihilangkan secara
bersyarat.
Jadi prinsip pengukuhan selalu berhubungan dengan bertambahnya frekuensi
dan tanggapan, apabila diikuti oleh stimulus yang bersyarat. Demikian juga
prinsip hukuman (Punishment) selalu berhubungan dengan berkurangnya frekuensi
tanggapan, apabila tanggapan (response) itu diikuti oleh rangsangan yang
bersyarat. Contoh : pengukuhan yang relatif malar adalah mendapatkan pujian
setelah seseorang memproduksi tiap-tiap unit atau setiap hari disambut dengan
hangat oleh manajer.
A.
Pengertian Teori Drive
Teori
”drive” bisa diuraikan sebagai teori-teori dorongan tentang motivasi, perilaku
didorong ke arah tujuan oleh keadaan-keadaan yang mendorong dalam diri
seseorang atau binatang. Contohnya., Freud ( 1940-1949 ) berdasarkan ide-idenya
tentang kepribadian pada bawaan, dalam kelahiran, dorongan seksual dan agresif,
atau drive (teorinya akan diterangkan secara lebih detail dalam bab
kepribadian). Secara umum , teori-teori drive mengatakan hal-hal berikut :
ketika suatu keadaan dorongan internal muncul, individu di dorong untuk
mengaturnya dalam perilaku yang akan mengarah ke tujuan yang mengurangi
intensitas keadaan yang mendorong. Pada manusia dapat mencapai tujuan yang
memadai yang mengurangi keadaan dorongan apabila dapat menyenangkan dan
memuaskan. Jadi motivasi dapat dikatakan terdiri dari:
• Suatu
keadaan yang mendorong
•
Perilaku yang mengarah ke tujuan yang diilhami oleh keadaan terdorong
•
Pencapaian tujuan yang memadai
•
Pengurangan dan kepusaan subjektif dan kelegaan ke tingkat tujuan yang tercapai
Setelah
keadaan itu, keadaan terdorong akan muncul lagi untuk mendorong perilaku ke
arah tujuan yang sesuai. Pengulangan kejadian yang baru saja diuraikan
seringkali disebut lingkaran korelasi.
Teori-teori
Drive berbeda dalam sumber dari keadaan terdorong yang memaksa manusia atau
binatang bertindak. Be berapa teori, termasuk teori Freud, dipahami oleh
keadaan terdorong sejak belum lahir, atau instingtif. Tentang perilaku
binatang, khususnya ahli ethologi telah mengusulkan suatu penjelasan suatu
mekanisme dorongan sejak kelahiran (tinbergen, lorenz, dan leyhausen dalam
morgan, dkk. 1986). Teori-teori drive yang lain telah mengembangkan peran
belajar dalamkeaslian keadaan terdorong. Contohnya, dorongan yang di pelajari
(learned drives), seperti mereka sebut, keaslian dalam latihan seseorang atau
binatang atau pengalaman masa lalu dan yang berbeda dari satu individu ke
individu yang lain. Karena penggunaan minuman keras sebelumnya, ketagihan heroin,
contohnya mengembangkan suatu dorongan untuk mendapatkan hal tersebut, dan
karena itu mendorong ke arah itu. Dan dalam realisasi motif sosial, orang telah
belajar dorongan untuk kekuasaan, agresi atau prestasi. Keadaan terdorong yang
dipelajari menjadi ciri abadi dari orag tertentu dan mendorong orang itu ke
arah tujuan yang memadai, orang lain mungkin belajar motif sosial yang lain dan
didorong ke arah tujuan yang berbeda
B.
Teori Pengukuhan (Reinforcement Theory)
Teori
ini mempunyai dua aturan pokok : aturan pokok yang berhubungan dengan perolehan
jawaban –jawaban yang benar dan aturan pokok lain yang berhubungan dengan
penghilangan jawaban-jawaban yang salah. Pengukuran dapat terjadi positif
(pemberian ganjaran untuk satu jawaban yang didinginkan ) atau negatif (
menghilangkan satu rangsang aversif jika jawaban yang didinginkan telah
diberikan ), tetapi organisme harus membuat antara akasi atau tindakannya
dengan sebab akibat.
Siegel
dan Lane (1982), mengutip Jablonke dan De Vries tentang bagaimana manajemen
dapat meningkatakan motivasi tenaga kerja., yaitu dengan:
1.
Menentukan apa jawaban yang diinginkan
2.
Mengkomunikasikan dengan jelas perilaku ini kepada tenaga kerja.
3.
Mengkomunikasikan dengan jelas ganjaran apa yang akan diterima. Tenaga kerja
jika jawaban yang benar terjadi
4.
Memberikan ganjaran hanya jika jika jawaban yang benar dilaksanakan.
5.
Memberikan ganjaran kepada jawaban yang diinginkan, yang terdekat dengan
kejadiannya.
f.
Teori Hirarki Kebutuhan
Abraham
Maslow mengembangkan teori kepribadian yang telah mempengaruhi sejumlah bidang
yang berbeda, termasuk pendidikan. Ini pengaruh luas karena sebagian tingginya
tingkat kepraktisan’s teori Maslow. Teori ini akurat menggambarkan realitas
banyak dari pengalaman pribadi. Banyak orang menemukan bahwa mereka bisa
memahami apa kata Maslow. Mereka dapat mengenali beberapa fitur dari pengalaman
mereka atau perilaku yang benar dan dapat diidentifikasi tetapi mereka tidak
pernah dimasukkan ke dalam kata-kata.
Maslow
adalah seorang psikolog humanistik. Humanis tidak percaya bahwa manusia yang
mendorong dan ditarik oleh kekuatan mekanik, salah satu dari rangsangan dan
bala bantuan (behaviorisme) atau impuls naluriah sadar (psikoanalisis). Humanis
berfokus pada potensi. Mereka percaya bahwa manusia berusaha untuk tingkat atas
kemampuan. Manusia mencari batas-batas kreativitas, tertinggi mencapai
kesadaran dan kebijaksanaan. Ini telah diberi label “berfungsi penuh orang”,
“kepribadian sehat”, atau sebagai Maslow menyebut tingkat ini,
“orang-aktualisasi diri.”
Maslow
telah membuat teori hierarkhi kebutuhan. Semua kebutuhan dasar itu adalah
instinctoid, setara dengan naluri pada hewan. Manusia mulai dengan disposisi
yang sangat lemah yang kemudian kuno sepenuhnya sebagai orang tumbuh. Bila
lingkungan yang benar, orang akan tumbuh lurus dan indah, aktualisasi potensi
yang mereka telah mewarisi. Jika lingkungan tidak “benar” (dan kebanyakan tidak
ada) mereka tidak akan tumbuh tinggi dan lurus dan indah.
Sumber:
Surakhmad,
Winarno.1982. Pengantar Penelitian Ilmiah.
Bandung: Tarsito
Badudu-Zain. 1994.
Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Budiarjo,
Miriam. (2002). Dasar- Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Ramlan Surbakti. (1992). Memahami Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
Sarwono,
Sarlito W. 2005. Psikologi Sosial
(Psikologi Kelompok dan Psikologi Terapan). Balai Pustaka, Jakarta.
Sunyoto Munandar, Ashar.(2001).Psikologi Industri dan Organisasi.Jakarta:
Universitas Indonesia.
P.Siagian, Sondang, Prof. Dr. MPA.(1988). Teori dan Praktek Kepemimpinan. Jakarta
: Rineka Citra.
0 komentar:
Posting Komentar